Injil Kerajaan Allah - Kesempurnaan menjadi salah satu tujuan utama Allah dalam menciptakan manusia. Allah Yang Maha Sempurna menghendaki agar suatu saat makhluk manusia pada tingkat tertentu mampu mencapai kesempurnaan seperti yang dikehendaki-Nya. Manusia diciptakan bukan sekedar dari yang tidak ada menjadi ada, melainkan manusia dibentuk dengan tujuan agar dapat menjadi pribadi yang sempurna seperti diri-Nya. Hal tersebut ditegaskah dalam suatu nas:
“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.”
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, kesempurnaan menjadi salah satu perintah Allah kepada umat manusia agar bersedia memproses dirinya bersama dengan tuntunan Allah untuk mencapai kesempurnaan ilahi seperti yang difirmankan-Nya:
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu (Allah) yang di sorga adalah sempurna."
Sesuai firman, kesempurnaan bukanlah suatu pilihan, melainkan keharusan. Tentu saja, kesempurnaan bagi manusia tidak akan sama dengan kesempurnaan Allah, melainkan kesempurnaan dalam batas sempurna seperti Allah. Kesempurnaan dengan segala kemuliaan dan hormat disediakan oleh Allah bagi tiap pribadi dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa di seluruh muka Bumi.
Tujuan kesempurnaan manusia
Allah sebagai Pribadi Yang Sempurna tentu tidak dapat dipahami dengan sempurna oleh manusia. Keterbatasan manusia tidaklah mungkin mampu mengenal Allah yang tak terbatas. Mungkin, jika menggunakan perbandingan antara manusia dan Allah, manusia bernilai satu sedangkan Allah bernilai tak terhingga (1:~). Sebagai ciptaan, manusia hanya mampu memahami sebagian kecil saja dari diri Sang Pencipta.
Dalam keberadaan-Nya yang sempurna, Allah berkenan ditemukan oleh ciptaan-Nya. Tentu Allah mengenal siapa manusia ciptaan-Nya. Namun sebaliknya, bagi manusia yang tidak pernah melihat Allah, bagaimana mungkin dapat mengenal-Nya? Sementara Allah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri? Suatu hal yang mustahil, baik bagi manusia maupun bagi makhluk lain untuk dapat menggapai Allah.
Sebagai Allah yang sempurna dan tak terbatas, yang tidak mungkin dapat dilihat oleh ciptaan-Nya, maka Allah yang tak terbatas berkenan membatasi diri-Nya agar keilahian-Nya dapat disentuh dan dipegang oleh ciptaan-Nya, dengan tujuan agar segala makhluk dapat menemukan diri-Nya.
Memang, dalam keberadaan Allah yang sesungguhnya, tak seorangpun dapat melihat-Nya, dan tak satu makhluk pun dapat menjamah-Nya, seperti yang tertulis:
“Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia.”
Dalam hal ini, untuk mengelola dan menjembatani antara diri-Nya yang tak terbatas dengan ciptaan-Nya yang terbatas, Allah berkenan membatasi diri-Nya. Sebagai Roh Yang Sempurna, Allah berkenan menyatakan diri-Nya dalam rupa yang dapat ditangkap oleh segala makhluk. Rupa Allah yang telah dibatasi (diselaraskan) tersebut adalah bagian dari diri-Nya yang telah disetarakan dengan ciptaan-Nya, dengan tujuan agar ciptaan-Nya dapat berbahasa dengan-Nya. Bagian dari diri Allah yang telah disetarakan tersebut ada di dalam rupa Yesus Kristus, dimana seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Sebab tanpa Allah berkenan menyatakan diri dalam rupa “ciptaan” maka Allah Yang Roh tidak mungkin dapat dijangkau oleh ciptaan-Nya.
Seperti seorang ayah yang harus “menjadi bayi” untuk dapat berbicara dengan anaknya yang masih bayi,- seorang bayi tidaklah mungkin dapat memahami bahasa ayahnya jika sang ayah mempergunakan bahasa orang dewasa saat berbicara dengan sang bayi. Kala itu, sang ayah tertawa seperti bayi, bermain seperti bayi, berbicara seperti bayi dan segala sesuatu berlaku dan bertindak seperti bayi demi tujuan agar dapat berkomunikasi dengan bayinya; dan ia rela untuk “menjadi bayi”. Namun kelak, tatkala sang bayi telah dewasa, sang ayah tidak perlu lagi “menjadi bayi”, melainkan ia menjadi ayah yang dapat berkomunikasi dengan putranya, bahkan dapat menjadi sahabat dan berkarya bersama-sama. Untuk itulah Allah berkenan “menjadi ciptaan” untuk dapat mengimbangi kemampuan ciptaan-Nya yang terbatas, sampai waktunya kelak ciptaan-Nya bertumbuh menjadi dewasa dan dapat semakin mengenal Allah dengan sempurna.
Jika Allah berkenan merendahkan diri sedemikian rupa untuk ciptaan-Nya, maka manusia juga dituntut oleh Allah agar bersedia meningkatkan mutu rohnya dengan jalan memproses dirinya agar dapat mengenal Allah dengan sempurna. Dalam hal ini, Allah berkenan menyetarakan diri-Nya menjadi “ciptaan” agar dapat digapai oleh ciptaan-Nya, dan manusia diharapkan meningkatkan mutu rohnya untuk menggapai kesempurnaan agar dapat menggapai Allah. Inilah titik temu yang dikehendaki Allah atas kesempurnaan manusia, yaitu “kesetaraan” antara Allah dan manusia, sehingga manusia dapat mengambil bagian dalam kodrat ilahi, menjadi satu dengan Allah, dan dapat menjadi rekan sekerja Allah untuk berkarya dalam Injil Kerajaan Allah. Dengan demikian, digenapilah firman:
"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku."
Perlu ditegaskan bahwa, "kesetaraan" manusia dengan Allah bukan berarti manusia telah sama dengan Allah atau Allah sama dengan manusia,- karena ciptaan tidak akan pernah menjadi sama dengan Penciptanya, namun "kesetaraan" manusia hanya sebatas gambar dan rupa Allah, seperti tertulis:
"Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Dengan tercapainya "kesetaraan" antara manusia dengan Allah, maka tujuan atas kesempurnaan roh manusia terpenuhi, yaitu agar manusia dapat mencapai tingkatan menjadi anak Allah atau manusia Allah, yaitu manusia yang berkodrat ilahi: yang dicipta, dibentuk; berkarakter ilahi; yang memiliki kehendak, pertimbangan, pemikiran, tindakan, karya serta kemuliaan seperti Allah, sehingga manusia dipandang layak menjadi kawan sekerja Allah, baik di Bumi maupun di Sorga dalam Injil Kerajaan Allah yang kekal. Dengan jalan mencapai kesempurnaan roh, kelak manusia layak untuk menerima janji-janji Allah.
"Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."
Dalam suatu nas lain juga dikatakan:
"Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu."
Proses penyempurnaan dimulai sejak sebelum dunia dijadikan
Allah, sebagai Sang Pencipta atas segala sesuatu; yang menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, untuk masa dahulu, sekarang, maupun untuk masa yang akan datang, baik yang di Bumi maupun di Sorga, untuk semuanya itu Allah menghendaki agar segala sesuatu yang diciptakan-Nya menjadi sempurna, termasuk didalamnya adalah kesempurnaan manusia. Kesempurnaan manusia menjadi salah satu tujuan utama Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Kualitas kesempurnaan yang dikehendaki Allah atas roh manusia adalah sempurna seperti diri-Nya, yaitu kesempurnaan menjadi manusia Allah dengan berkodrat ilahi yang memiliki kehendak, pertimbangan, pemikiran, tindakan, karya serta kemuliaan seperti Allah. Tentu, kesempurnaan yang dimaksud dalam ukuran sempurna seperti Allah dan bukan sama dengan Allah. Sebab, tak satu makhluk pun yang dapat sama dengan Allah.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, Allah memproses roh manusia semenjak diciptakan (baca: dilahirkan dari Roh),- tahap demi tahap hingga mencapai tujuan atas penciptaan roh manusia, yaitu kesempurnaan. Dan untuk segala sesuatunya, Allah menciptakan sarana dan prasarananya agar menunjang pertumbuhan roh manusia.
Sebelum dunia dijadikan, Allah telah menciptakan roh manusia. Sebelum menciptakan roh manusia, Allah mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna, mulai dari perencanaan, manajemen, asal muasal roh, bahan dasar tubuh alamiah serta sarana dan prasarana yang akan menunjang proses penciptaan dan pembentukan manusia baik selama di Bumi maupun di Sorga,- termasuk sistem pemulihan jika suatu saat roh manusia tersebut jatuh dalam dosa, hingga mencapai tujuan penciptaan atas makhluk manusia, yaitu kesempurnaan. Dengan dipersiapkannya segala sesuatunya dengan sempurna, diharapkan suatu saat pada tingkat tertentu manusia dapat menjadi anak Allah, yang memiliki kapasitas menjadi pemimpin sorgawi dalam Injil Kerajaan Allah seperti yang dikehendaki-Nya.
Sekilas penciptaan roh manusia dan tubuh manusia
Secara garis besar, manusia diciptakan memiliki dua unsur utama, yaitu tubuh rohaniah (roh) dan tubuh alamiah (tubuh dan jiwa). Dan jika dirinci lebih detail, manusia memiliki tiga unsur, yaitu roh, tubuh dan jiwa. Di dalam penciptaannya, kedua jenis tubuh manusia diproses dalam waktu dan bahan dasar yang berbeda. Roh manusia diciptakan sebelum dunia dijadikan, seperti yang tertulis di dalam kitab:
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
Tentu yang dimaksud dengan “kita” adalah tubuh rohaniah (roh) dan bukan tubuh alamiah (tubuh dan jiwa), sebab sebelum dunia dijadikan, tubuh alamiah belum ada. Jika roh telah dipilih sebelum dunia dijadikan, berarti roh diciptakan sebelum dunia ada.
Tubuh alamiah dibentuk pada saat dunia dijadikan. Setelah tubuh alamiah dibentuk dari debu tanah, kemudian nafas hidup atau tubuh rohaniah (roh) yang diciptakan sebelum dunia dijadikan dihembuskan ke dalam hidungnya, maka menjadi makhluk hidup, seperti yang tertulis di dalam kitab:
“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu - ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”
Hal tersebut juga dilengkapi dengan ayat yang berkata:
“Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”
Dengan demikian, roh manusia diciptakan jauh hari sebelum langit dan Bumi diciptakan. Sebelum bintang-bintang terbentuk dan galaksi-galaksi menghiasi jagat raya, roh manusia telah ada. Roh manusia terlebih dahulu diciptakan oleh Allah dan ditempatkan di Sorga. Allah menciptakan roh manusia dalam jumlah tertentu, dan masing-masing roh memiliki nama pribadi. Kala itu, roh manusia belum memiliki tubuh alamiah. Kelak, tatkala sarana dan prasana telah siap, yaitu pada saat Bumi diciptakan, Allah akan membentuk tubuh alamiah manusia dari debu tanah. Pada saat itulah salah satu roh manusia dikirim dari Sorga ke Bumi dan ditempatkan di dalam tubuh alamiah yang telah diciptakan-Nya. Manusia tersebut yang kemudian hari dikenal sebagai Adam, yaitu manusia pertama yang diciptakan oleh Allah di Bumi. Lalu Allah menempatkan Adam manusia pertama tersebut di Taman yang berada di area Eden. Kemudian Allah membangun dari salah satu rusuk Adam tubuh seorang perempuan, lalu Allah mengirim salah satu roh yang lain dalam tubuh tersebut yang dikemudian hari dikenal sebagai Hawa. Setelah Adam dan Hawa diciptakan, untuk penciptaan manusia selanjutnya di Bumi, Allah bekerja sama dengan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa mempersiapkan tubuh alamiah dari hasil persetubuhan mereka, dan Allah akan menempatkan roh dari Sorga dalam janin yang akan dikandung oleh Hawa. Demikianlah perkembangan manusia dikemudian hari dilanjutkan oleh keturunan Adam dan Hawa sampai jumlah yang telah ditentukan oleh Allah terpenuhi.
Masa permulaan yang tak berujung, masa sekarang dan masa yang akan datang
Sebelum segala sesuatu yang diciptakan menjadi ada, Allah telah ada. Allah adalah ada, artinya Allah tidak pernah tidak ada. Ia tak berawal dan tak berakhir. Allah ada dan ada, Ia kekal. Berbeda dengan ciptaan, semua ciptaan Allah pernah tidak ada dan bisa kembali tidak ada. Namun, tidaklah demikian dengan Allah. Allah adalah ada dan selalu ada. Allah telah ada dalam masa permulaan yang tak berujung. Tak satu mahkluk pun memiliki pengetahuan untuk masa itu. Sebab masa itu adalah masa kekal dimana belum ada yang lain selain Allah. Kelak, tatkala Allah menciptakan segala sesuatu, barulah akan ada apa yang disebut dengan masa dahulu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Masa dahulu merupakan masa yang telah berlalu, masa sekarang merupakan waktu yang sedang dijalani oleh setiap makhluk pada zamannya, sedangkan masa yang akan datang merupakan masa yang belum dijalani oleh siapapun, suatu masa yang tak berujung dan tak berkesudahan.
Seperti telah kita ketahui, sebelum langit dan Bumi dijadikan, roh manusia telah ada di Sorga. Allah menetapkan agar roh manusia memiliki standar hidup seperti diri-Nya, yaitu kudus dan tak bercacat atau sempurna, seperti tertulis:
“Allah telah memilih kita (roh manusia karena pada saat itu tubuh belum ada) sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
Suatu standar hidup sorgawi bagi setiap roh manusia. Di Sorga roh manusia mengalami pertumbuhan dalam peradaban sorgawi. Proses menuju kesempurnaan roh dimulai dari sana. Roh tumbuh sebagai makluk Sorga dalam naungan Injil Kerajaan Allah dengan tata kelola kehidupan sorgawi. Berkeliling mengelilingi takhta Allah, menyembah dalam ibadah sorgawi.
Sesuai dengan tujuan Allah menciptakan roh manusia, yaitu kesempurnaan, Allah mendidik roh manusia agar memiliki mutu roh seperti diri-Nya. Selain proses penyempurnaan diselenggarakan di Sorga sebagai tempat asal muasal roh manusia, Allah juga akan memproses roh manusia di luar Sorga, yaitu ke tempat lain yang bersifat fana (sementara) yang memiliki situasi dan kondisi yang jauh berbeda dengan keadaan sorga. Jika Sorga penuh dengan kemuliaan Allah dalam damai sejahtera, tempat yang akan dipergunakan sebagai area pendidikan dan seleksi roh manusia kelak memiliki berbagai situasi dan kondisi yang lain. Tempat tersebut yang kemudian hari di kenal sebagai dunia, yaitu langit dan Bumi, bintang-bintang, galaksi-galaksi serta segala isi jagat raya yang diciptakan untuk tujuan pendidikan dan penyeleksian roh manusia. Jika suatu saat tujuan Allah atas keberadaan roh manusia di Bumi terpenuhi, maka tempat tersebut akan ditiadakan, yang dikemudian hari dikenal sebagai kiamat. Kiamat merupakan berakhirnya langit dan Bumi serta segala isinya setelah tujuan Injil Kerajaan Allah yaitu untuk pendidikan, seleksi dalam rangka penyempurnaan manusia di Bumi terpenuhi. Pada saat itulah langit dan Bumi serta isinya akan lenyap dan tidak ditemukan lagi.
Setiap roh manusia yang akan turun ke dunia diberikan berbagai bekal, sarana dan prasarana. Secara umum, tiap pribadi yang akan turun ke dunia atau ke Bumi akan dilengkapi dengan tubuh alamiah. Selain itu mereka juga memiliki gulungan kitab pribadi (buku panduan sorgawi) dari Allah. Di dalam gulungan kitab terdapat kebenaran tentang tuntunan dan pedoman yang terkait dengan keberadaannya di dunia, yang antara lain berisikan tentang jati diri serta tugas-tugas dari Allah yang harus dikerjakan dan diselesaikan selama di dunia. Tugas utama selama di Bumi bagi tiap roh manusia pada umumnya adalah untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah atas dirinya. Tugas roh manusia yang satu dengan yang lain bisa sama dan bisa berbeda, tergantung kesepakatan dirinya dengan Allah.
Jika roh manusia telah selesai mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya selama di Bumi, maka roh manusia akan meninggalkan tubuh alamiahnya dan kembali meneruskan perjalanan ke tempat lain untuk melanjutkan pendidikan dan penyempurnaan dirinya. Proses roh meninggalkan tubuh alamiah itulah yang disebut dengan kematian. Tubuh kembali menjadi tanah dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya ke Firdaus maupun kelak setelah kiamat kembali ke Sorga dengan mutu roh yang lebih tinggi dibanding pada saat akan turun ke dunia.
Tentu, roh manusia yang dapat melanjutkan proses penyempurnaan ke Firdaus adalah roh yang melakukan kehendak Allah atas dirinya selama di Bumi. Bagi roh yang tidak melakukan dan tidak menyelesaikan kehendak Allah atas dirinya - dan bahkan sebaliknya berdosa melawan Allah, maka roh manusia tidak dapat melanjutkan perjalan ke Firdaus, namun harus menjalani pertanggungjawaban roh atas segala yang dikerjakan di Bumi, memasuki dunia orang mati, yaitu Alam Maut tempat yang gelap gulita dengan nyala api panas dan penuh dengan penderitaan sampai segala pertanggungjawaban dan waktu yang ditentukan oleh hukum dosa dan hukum maut selesai, hingga penghakiman di akhir zaman.
Kini kita ketahui bahwa tujuan Allah menciptakan dunia (alam semesta), yang di dalamnya terdapat berbagai benda jagat raya seperti Bumi, Bulan, bintang-bintang, galaksi-galaksi, cakrawala dan lain sebagainya, adalah sebagai tempat pendidikan, penyeleksian roh manusia yang turun dari Sorga dalam rangka memproses roh manusia menuju kesempurnaan. Dan bahwa roh manusia berasal dari Sorga yang diciptakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan.
Kehadiran roh manusia di dunia
Setiap roh manusia yang datang ke dunia dilengkapi dengan tubuh alamiah yang berasal dari Bumi. Tubuh alamiah diciptakan dari hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan. Tatkala sel sperma dan sel telur bertemu, maka akan terjadi pembuahan dan akan menjadi calon anak. Roh manusia akan dikirim oleh Allah dari Sorga dan ditempatkan dalam tubuh calon anak tersebut semenjak di dalam kandungan sehingga menjadi manusia. Hal tersebut tertulis dalam kitab:
“Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”
Kini, jika dirinci lebih detail, manusia memiliki tiga unsur, yaitu roh yang berasal dari Sorga, tubuh dan jiwa yang berasal dari Bumi.
Kehidupan manusia dalam kandungan
Tatkala roh manusia telah dikirim ke dunia, semenjak di dalam kandungan selagi calon anak, roh manusia telah memulai kehidupan barunya. Roh manusia telah memulai pekerjaannya untuk memimpin tubuh alamiahnya, yaitu tubuh dan jiwa agar hidup selaras dengan kehendak Allah, sehingga roh, tubuh dan jiwa dapat bekerjasama selama di dunia untuk melakukan seluruh kehendak Allah atas dirinya, dan menyelesaikan tugas roh yang telah tertulis di dalam kitab Allah yang akan dijalani selama kehidupannya di dunia.
Pada dasarnya, roh, tubuh dan jiwa manusia telah menyadari keberadaan dirinya semenjak di dalam kandungan untuk hidup selaras dengan kehendak Allah. Hal tersebut dinyatakan dalam suatu nas:
“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.”
Dari nas tersebut kita ketahui bahwa, sebelum roh manusia datang ke dunia, ia telah memililki suatu ketetapan dengan Allah yang tertuang atau tertulis di dalam kitab Allah, yang berisikan antara lain tentang jati diri maupun tugas dari Allah untuk dikerjakan dan diselesaikan selama di dunia pada hari-hari yang akan dibentuk sebelum semuanya ada.
Kehidupan manusia di dunia
Setelah manusia dilahirkan di dunia, seakan-akan tidak tahu apa-apa, namun jika ditengok ke belakang, sesungguhnya semenjak di dalam kandungan, roh, tubuh dan jiwa telah menyadari keberadaanya di dunia, yaitu untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas dari Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah di dunia, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk mengingat, mencari, menemukan, mengerjakan dan menyelesaikan segala sesuatu yang telah tertulis di dalam gulungan kitab bagi dirinya, sehingga kedatangannya di dunia sesuai dengan rencana Allah, yaitu memproses dirinya untuk mencapai kesempurnaan. Tugas tersebut juga dimiliki oleh Yesus Kristus tatkala datang ke dunia menjadi manusia:
“Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.”
Tugas Yesus Kristus yang utama adalah untuk membawa Injil Kerajaan Allah ke Bumi. Ia mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diembankan oleh Allah untuk menyampaikan Injil Kerajaan Allah kepada seluruh umat manusia hingga selesai. Dalam suatu kesaksian-Nya Ia berkata:
“Aku telah mempermuliakan Engkau di Bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.”
Kita dapat menemukan contoh manusia di dunia yang telah menemukan tugasnya di Bumi, antara lain seperti Musa yang bertugas menurunkan Kitab Taurat, Yohanes Pembaptis yang bertugas mendahului Tuhan menyiapkan jalan bagi-Nya, Paulus yang bertugas memberitakan Injil Kerajaan Sorga kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, para nabi dan masih banyak manusia di Bumi yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Menemukan, mengerjakan dan menyelesaikan tugas ilahi di Bumi
Setiap manusia yang ciptakan Allah mempunyai tugas atau pekerjaan dari Allah untuk dikerjakan. Manusia harus mengingat, mencari, menemukan, mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan yang telah Allah sediakan sebelum roh kita (roh manusia) turun ke dunia - maupun mungkin ada pekerjaan tambahan lain yang ditugaskan kepada tiap pribadi. Tentang pekerjaan roh manusia, dalam surat Efesus tertulis:
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Oleh karenanya setiap manusia harus menemukan gulungan kitab untuk dirinya agar dapat mengetahui segala sesuatu yang tertulis bagi dirinya dan bergegas melakukan segala tugas dan menyelesaikan bagi kemuliaan Allah. Jika manusia telah kembali memiliki kesadaran roh bahwa keberadaannya di dunia adalah untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan yang telah Allah siapkan sebelumnya, maka manusia akan kembali memiliki tujuan atas keberadaannya di Bumi, yaitu dalam rangka penyempurnaan roh dengan jalan melatih diri untuk taat kepada Allah dengan melakukan dan meyelesaikan pekerjaan yang Allah tugaskan.
Tatkala roh, tubuh dan jiwa telah sejalan dan seiring untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah bagi dirinya, maka pada saat itulah kesempurnaan manusia di Bumi tercapai. Roh, tubuh, dan jiwa kedapatan kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan.
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Kesempurnaan manusia Allah
Pada saat Allah memandang bahwa manusia sedemikian mengasihi Allah dengan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, maka Allah akan menyempurnakan manusia lebih lagi dengan kesempurnaan yang lebih dalam. Kesempurnaan tersebut yang disebut kesempurnaan manusia Allah, yaitu manusia berkodrat ilahi yang memiliki kehendak, pemikiran, pertimbangan, tindakan, karya dan kemuliaan seperti Allah. Kesempurnaan yang demikianlah yang dikehendaki Allah atas manusia, seperti yang diperintahkan-Nya:
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Tatkala manusia pada tingkat tertentu memiliki kesempurnaan seperti Allah, hal tersebut akan memudahkan Allah untuk bekerjasama dengan manusia. Tentu Allah sangat “kesulitan” bekerjasama dengan manusia jika manusia masih berorientasi di luar kehendak-Nya. Namun, akan sangat mudah jika manusia juga memiliki pikiran dan perasaan seperti diri-Nya.
Saat yang tepat bagi roh manusia meninggalkan dunia
Jika roh manusia telah menyelesaikan tugasnya di Bumi, pada saat itulah waktu yang tepat bagi roh manusia untuk meninggalkan tubuh alamiahnya dan kembali meneruskan perjalan ke tempat lain untuk melanjutkan pendidikan dalam rangka penyempurnaan dirinya. Pada saat tubuh alamiah ditinggalkan oleh rohnya, itulah yang disebut dengan kematian. Memang, pada hakekatnya tubuh tanpa roh adalah mati - seperti yang tertulis:
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
Tubuh alamiah kembali menjadi debu tanah dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya, baik untuk melanjutkan perjalanan penyempurnaan selanjutnya ke Firdaus maupun kelak setelah kiamat kembali ke Sorga untuk menggapai kesempurnaan yang sejati dan berkarya bersama Allah bagi kemuliaan-Nya.
Injil Kerajaan Allah sebagai Manajemen Allah atas segala ciptaan-Nya, dimana Allah sebagai pusat pimpinan, dan sumber dari segala sesuatu, di Bumi dan di Sorga memberikan peluang yang sama kepada setiap manusia yang berasal dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa di bawah kolong langit, untuk menemukan tujuan hidupnya di dunia, yaitu menggapai kesempurnaan manusia Allah.
"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi."
###
Saling menyempurnakan dalam kasih dan kebenaran
Sahabat, Allah menghendaki agar manusia bertumbuh menggapai kesempurnaan roh seperti diri-Nya. Kesempurnaan menjadi salah satu tujuan Allah menciptakan manusia. Kesempurnaan dan kemuliaan serta kehormatan disediakan Allah bagi tiap pribadi dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa di seluruh muka Bumi bagi kemuliaan-Nya. Kelak, manusia yang mampu menggapai kesempurnaan dalam Injil Kerajaan Allah akan memiliki status sebagai manusia Allah atau anak Allah, seperti yang telah difirmankan-Nya:
"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan."
Dalam Injil Yohanes juga dikatakan:
Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis... Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?"
Untuk menggapainya, diperlukan proses yang panjang...
Sahabat, kini kita telah disadarkan, bahwa kehadiran tiap manusia ke dunia adalah dalam rangka penyempurnaan roh, yaitu roh kita yang berasal dari Sorga. Jika kita mulai menyadari bahwa keberadaan manusia di dunia dalam rangka penyempurnaan, dan Sahabat rindu serta bertekad untuk menggenapi seluruh kehendak Allah dan mempersiapkan diri untuk diproses guna menggapai kesempurnaan, mari melangkah dengan sepenuh hati memasuki Injil Kerajaan Allah. Di dalam Injil Kerajaan Allah kita akan diproses oleh Yesus Kristus secara pribadi. Di dalamnya kita dapat merasakan proses menuju kesempurnaan, dan berkesempatan untuk saling mengasihi dan saling menyempurnakan dalam kebenaran, dan berkarya bersama-sama dengan Allah, baik di dunia maupun dalam kekekalan di dunia yang akan datang.
Sahabat, untuk berbagi dan untuk saling menyempurnakan, silahkan menghubungi kami! Kita berkesempatan belajar bersama-sama untuk meraih kesempurnaan roh, tubuh dan jiwa menuju kesempurnaan ilahi dalam Injil Kerajaan Allah, baik di Bumi, Firdaus maupun di Sorga.