• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tujuan Penciptaan Manusia Sebelum Dunia Dijadikan, Sungguh Menakjubkan!

Bumi, Sumber Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Bumi
Pada mula saat Allah hendak menciptakan makhluk manusia, Allah memiliki berbagai tujuan atas penciptaannya. Manusia diciptakan bukan sekedar dari yang tidak ada menjadi ada, namun memiliki tujuan ilahi yang sangat mulia.

Allah menghendaki agar kelak manusia memiliki standar moral (akhlak) sorgawi, yaitu memiliki sebagian sifat-sifat keilahian, mengambil kodrat ilahi, mempunyai pertimbangan, pikiran, tindakan, perbuatan, dan bahkan karya yang mencerminkan tata kehidupan sorgawi.

"Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia"  (II Petrus 1:4).

Dan dalam berbagai kesempatan, Tuhan mengingatkan umat manusia agar kembali kepada awal tujuan atas penciptaannya, yaitu agar menggapai kesempurnaan ilahi.

Melalui tulisan ini akan disajikan dengan teratur, dari awal hingga akhir, supaya setiap orang dapat mengetahui, bahwa tujuan dari penciptaan manusia di dunia adalah untuk memiliki karakter sorgawi, hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya, dapat meraih kesempurnaan ilahi, baik dalam hati, pikiran, perkataan dan karya, bagi kebahagiaan diri dan sesama, di dunia maupun untuk persiapan hidup yang kekal bagi kemuliaan Allah. Amin.

Manusia

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dinamis dan berakal budi, terdiri atas tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Sebagai makhluk dinamis, manusia memiliki kehendak, pertimbangan, pikiran, perasaan dan tindakan.

Tujuan penciptaan manusia sebelum dunia dijadikan

Manusia diciptakan bukan sekedar dari yang tidak ada menjadi ada, melainkan dibentuk dengan tujuan mulia, yaitu agar dapat menjadi pribadi yang sempurna seperti diri-Nya. Manusia dipersiapkan agar kelak dapat menjadi makhluk yang sempurna di antara ciptaan-Nya.

Bahkan, ketentuan itu telah Allah tetapkan sebelum dunia dijadikan, jauh sebelum Bumi ada, agar manusia kudus dan tak bercacat (sempurna) di hadapan-Nya.

"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya"  (Efesus 1:4).

Kesempurnaan menjadi salah satu tujuan utama Allah dalam menciptakan manusia. Allah Yang Maha Sempurna menghendaki agar suatu saat makhluk manusia pada tingkat tertentu mampu mencapai kesempurnaan ilahi. Kesempurnaan Allah tawarkan kepada seluruh umat manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.

Dan Allah menetapkan suatu standar kesempurnaan untuk manusia. Allah menghendaki kesempurnaan manusia kelak bukan seperti malaikat, maupun sempurna seperti makhluk ciptaan lain, namun kesempurnaan yang Allah kehendaki adalah serupa dengan Sang Khalik. Tentu yang dimaksud kesempurnaan manusia dalam batas sempurna sebagai ciptaan, dan tidak sama dengan Allah.

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48).

"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku" (Yohanes 17:23).

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat" (Mazmur 8:4-10).

"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" (Kejadian 1:26).

Sempurna seperti Allah berarti suatu saat manusia akan berkodrat ilahi, yaitu memiliki sebagian kemuliaan Allah, yang ditandai dengan memiliki perasaan, pertimbangan, berpikir dan berkarya seperti Allah.

Tubuh alamiah dan tubuh rohaniah

Dalam kodratnya sebagai ciptaan Allah, manusia terdiri dari dua unsur utama, yaitu tubuh alamiah dan tubuh rohaniah.

"Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah" (I Korintus 15:44-48).

Tubuh alamiah

Tubuh alamiah terdiri atas dua unsur, yaitu tubuh daging dan jiwa, bersifat jasmani, tidak kekal. Khusus untuk Nabi Adam, tubuh alamiah berasal dari debu tanah Bumi. Sementara bagi keturunan Adam dan Hawa, tubuh alamiah diciptakan dari hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan. Tatkala sel sperma dan sel telur bertemu, maka akan terjadi pembuahan dan akan menjadi calon anak manusia. Penciptaan tubuh alamiah manusia berlangsung saat dunia telah dijadikan.

"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya" (Mazmur 139:13-16).

"Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga" (I Korintus 15:47).

Tubuh rohaniah

Tubuh rohaniah terdiri atas roh yang berasal dari Allah, bersifat kekal. Dan suatu hal yang sangat ilahiah adalah bahwa roh manusia merupakan keturunan Allah, berasal dan bersumber dari Allah, yang "dilahirkan" oleh Roh Allah (Yohanes  3:6).

"Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia" (Kisah Para Rasul 17:28-29).

"Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga" (I Korintus 15:47).

Tubuh rohaniah manusia diciptakan atau dilahirkan jauh hari sebelum langit dan Bumi diciptakan, sebelum bintang-bintang terbentuk dan galaksi-galaksi menghiasi jagat raya, roh manusia telah ada.

"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Efesus 1:4).

Tentu yang dimaksud dengan “kita” adalah tubuh rohaniah (roh) dan bukan tubuh alamiah (tubuh daging dan jiwa), sebab sebelum dunia dijadikan, tubuh alamiah belum ada. Jika roh telah dipilih sebelum dunia dijadikan, berarti roh diciptakan sebelum dunia ada.

Seperti halnya hikmat, Allah ciptakan sebelum Bumi ada, demikian juga roh manusia diciptakan pada era waktu pra dunia.

"TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.

Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.
" (Amsal 8:22-24).

Kesatuan tubuh alamiah dan tubuh rohaniah

Kesatuan antara tubuh alamiah (tubuh daging dan jiwa) dan tubuh rohaniah (roh) inilah yang disebut sebagai manusia.

"Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup" (Kejadian 2:7).

"Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi" (Mazmur 104:30).

"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" (I Tesalonika 5:23).

Tujuan manusia di dunia

Sesuai rencana Allah sebelum dunia dijadikan, yaitu agar manusia menjadi makhluk yang sempurna, sesungguhnya keberadaan seluruh manusia yang dilahirkan ke dunia untuk merealisasikan rencana Allah atas dirinya agar menjadi sempurna.

Meskipun setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda, pada dasarnya seluruh umat manusia yang dilahirkan di dunia memiliki tujuan yang sama, yaitu berusaha meningkatkan mutu dirinya dengan jalan menggenapkan seluruh kehendak Allah agar memiliki standar moral sorgawi, berkodrat ilahi, berakhlak luhur dan mulia, hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya, untuk meraih cita-cita rohnya agar sempurna seperti yang difirmankan Tuhan:

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48).

Bagaikan orang yang hendak mendaki puncak gunung yang tinggi, setiap orang menempuh dengan caranya sendiri, namun semua orang memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai puncak gunung. Demikian juga dengan tiap-tiap orang yang dilahirkan di dunia, yang terdiri dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa yang berbeda, manusia memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai kesempurnaan ilahi.

"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus" (Kolose  1:28).

 Kesempurnaan ilahi menjadi yang utama bagi tiap orang di dunia.

Manusia jatuh dalam dosa

Kejatuhan manusia dalam dosa mengakibatkan perubahan arah hidup, hubungan dengan Allah mulai terputus, terkena hukum dosa dan hukum maut, bayang-bayang neraka dan sorga yang belum jelas, serta kecenderungan berbuat jahat semakin besar yang akhirnya menghambat proses kesempurnaan, dan bahkan tujuan mencapai kesempurnaan dapat mengalami kegagalan.

Dosa merupakan pelanggaran kedaulatan Allah

Tatkala manusia jatuh dalam dosa, sesungguhnya manusia telah melanggar kedaulatan Allah yang berkuasa atas dirinya. Sebagai ciptaan, seharusnya manusia tunduk dan hormat kepada Allah dengan seluruh keberadaannya, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi, namun sebaliknya manusia justru berbuat dosa.

"Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu" (Yeremia 14:20).

Tatkala seseorang tidak menghormati hadirat Allah dengan tidak memperhatikan segala firman dan kehendak-Nya, itulah pelanggaran terhadap kedaulatan Allah.

"Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka.
Dan rakyatnya bersorak membalasnya: "Ini suara allah dan bukan suara manusia!"
Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing" (Kisah Para Rasul 12:21-23).

Dosa merupakan pelanggaran hukum Allah

Demikan juga saat tidak taat kepada hukum Allah, manusia telah melanggar hukum-Nya.

"Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah" (1 Yohanes 3:4).

Tatkala seseorang berzinah, mencuri, menyembah berhala dan melakukan segala perbuatan yang dilarang hukum Allah, itulah pelanggaran terhadap hukum Allah.

Oleh sebab itu, saat manusia jatuh ke dalam dosa, ada dua hal mendasar yang dilanggar, yaitu pelanggaran terhadap kedaulatan Allah dan pelanggaran terhadap hukum Allah.

Akibat dosa

Dosa mengakibatkan perubahan keadaan dan arah hidup manusia, dari yang baik menjadi tidak baik, dari taat menjadi tidak taat, tumbuhnya tabiat dosa dalam diri, terhalangnya perlindungan dan berkat Allah, terputusnya hubungan dengan Allah, hingga hukuman akibat dosa (Yesaya 59:1-19).

Terpisah dengan Allah

Hubungan pribadi manusia dengan Allah merupakan hal yang terutama dan yang pertama. Tidak ada hal yang lebih utama dari hubungan dengan Allah. Namun, tatkala jatuh dalam dosa, hubungan manusia dengan Allah mulai renggang, dan bahkan terputus.

"Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu" (Yesaya  59:2).

Kehilangan kemuliaan Allah

Dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan yang telah Allah berikan, termasuk kesempatan untuk meraih kesempurnaan ilahi menjadi pudar.

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23).

Pertolongan Allah terhalang 

Sebagai Allah Yang Maha Kasih, Ia selalu berkehendak untuk menolong manusia, tangan-Nya selalu terulur setiap saat. Namun oleh karena dosa, seringkali manusia justru tidak mencari pertolongan-Nya, namun sebaliknya, menempuh jalannya sendiri, sehingga tangan Tuhan seolah-olah tidak pernah sampai kepadanya.

"Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;

tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu" (Yesya 59:1-2).

Mendatangkan kutuk

Dosa akan mendatangkan berbagai kutuk, mulai dari sulit mencari rezeki dan usaha, tidak beruntung, tertimpa berbagai sakit penyakit, sampar, diserang hama, masalah rumah tangga, buah kandungan yang tertutup, ketidakamanan, tidak tenteram, hati yang gelisah, kuatir, jiwa yang merana, bahkan keberadaannya dapat punah dan binasa (Ulangan 28:15-68).

"Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau" (Ulangan 28:15).

Segala kutuk itu akan datang ke atasmu, memburu engkau dan mencapai engkau, sampai engkau punah, karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu dan tidak berpegang pada perintah dan ketetapan yang diperintahkan-Nya kepadamu"  (Ulangan 28:45).

"Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut" Mazmur 107:17-18).

"Mengapakah engkau berteriak karena penyakitmu, karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar" (Yeremia 30:15).

Menghalangi yang baik

Tuhan Yang Maha Baik selalu mengulurkan segala kebaikan bagi manusia. Namun, kesalahan dan dosa dapat menghambat uluran tangan-Nya.

"Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu" (Yeremia 5:25).

Melahirkan karakter buruk

Tabiat dosa dapat mengakibatkan lahirnya karakter buruk. Manusia akan mencintai dirinya sendiri, tidak mempedulikan nilai-nilai luhur, etika, norma, agama (2 Timotius 3:1-9).

"Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,

tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya" (2 Timotius 3:2-5).

Upah dosa adalah maut

Pertanggungjawaban akan dosa begitu berat, karena setiap orang berdosa akan mengalami maut, baik maut dalam arti kematian tubuh alamiah maupun tubuh rohaniah.

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23).

Penghakiman dan hukuman

Dosa akan membawa seseorang ke dalam penghakiman di akhir zaman. Setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Penghakiman akan menentukan seseorang masuk ke dalam kehidupan kekal, sorga, atau kematian kekal, Neraka. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.

"Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.

Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.

Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu" (Wahyu 20:11-15).

Begitu dahsyatnya akibat dosa dan kejahatan bagi manusia, baik selama di dunia maupun setelah kematian, yang mengakibatkan tujuan kelahirannya di dunia untuk memiliki moral sorgawi, hidup kudus tak bercacat dalam rangka meraih kesempurnaan ilahi dapat mengalami kegagalan, dan bahkan ada kemungkinan tidak dapat kembali ke sorga.

Dua macam pengampunan

Sejak kejatuhan manusia pertama Adam dalam dosa, mengakibatkan semua orang jatuh ke dalam dosa. Tidak ada seorangpun yang tidak berdosa, semua orang telah jatuh dalam dosa.

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23).

"Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (Roma 5:12).

Dan pelanggaran yang dilakukan oleh Adam mengakibatkan penghakiman dan penghukuman bagi semua orang.

"Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman" (Roma 5:16).

Dalam keadaan berdosa, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari dosa, maupun mengharapkan keselamatan dari orang lain.

Pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, ada dua hal mendasar yang dilanggar, yaitu pelanggaran terhadap kedaulatan Allah sebagai pribadi, dan pelanggaran terhadap hukum Allah sebagai ketetapan hukum. Manusia membutuhkan pengampunan atas dua jenis pelanggaran tersebut, yaitu pengampunan atas pelanggaran kedaulatan Allah, dan pengampunan atas pelanggaran hukum Allah.

Adalah seorang pencuri yang mencuri barang berharga di rumah seorang imam. Pencuri tersebut menjual hasil curiannya dan dipergunakan untuk berfoya-foya. Dalam perjalanan waktu, pencuri tersebut akhirnya tertangkap oleh petugas.

Pencuri tadi menyadari kesalahannya dan menyesal. Dia datang kepada imam tersebut dan memohon pengampunan atas perbuatan yang salah, dan imam tersebut mengampuni dan akhirnya mereka berpelukan dan berdamai.

Pencuri itu pun datang kepada petugas dan melakukan hal yang sama, memohon pengampunan atas perbuatannya mencuri, namun petugas berkata:

"Maaf saudara, kami tidak dapat memberikan pengampunan, sebab siapa yang melakukan pencurian harus dihukun. Kami bertanggung jawab kepada hukum. Hukum harus dijalankan dengan benar dan adil. Saudara kedapatan mencuri dan akan dihakimi dan akhirnya dihukum sampai masa hukuman selesai."

Dalam hal ini, pencuri memperoleh kemurahan berupa pengampunan dari imam tersebut, namun tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum, dan menjalani proses hukuman hingga masa hukuman berakhir.

Pengampunan atas pelanggaran kedaulatan Allah

Dosa pelanggaran kepada kedaulatan pribadi Allah akan diampuni. Allah Yang Maha Pengampun akan mengampuni segala dosa manusia tatkala seruannya dipandang layak untuk memperoleh pengampunan.

"Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya" (Yesaya 55:6-7).

Pengampunan atas pelanggaran hukum Allah

Hukum Allah merupakan ketetapan-ketetapan Allah untuk mengelola, mengatur segala ciptaan-Nya, yang dijalankan dengan kebenaran dan keadilan dan kebijaksanaan. Hukum Allah berlaku untuk semua ciptaan, dijalankan di segala tempat, baik di dunia maupun di sorga.

"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya" (Mazmur 119:160).

Pada saat tidak taat kepada hukum Allah, manusia telah melanggar hukum-Nya.

"Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah" (1 Yohanes 3:4).

Setiap manusia yang melakukan pelanggaran hukum Allah akan mempertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat, yaitu pada saat penghakiman.

"Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu" (Wahyu 20:12).

Dosa pelanggaran terhadap hukum Allah berkaitan dengan ketetapan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab, yang tidak dapat dibebaskan dengan pengakuan dosa.

Bukti bahwa pelanggaran terhadap hukum Allah belum memperoleh pengampunan adalah akan adanya penghakiman, dimana semua orang akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, baik maupun jahat.

"Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.

Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu" (Wahyu 20:11-12).

Seorang yang mencuri dapat memperoleh pengampunan dari pemilik barang yang dicuri, namun ia harus tetap bertanggung jawab di hadapan hukum, dan menjalani proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dari dua hal pelanggaran yang mendasar yaitu pelanggaran terhadap kedaulatan Allah dan pelanggaran terhadap hukum Allah, manusia membutuhkan pengampunan terhadap dua jenis pelanggaran tersebut.

Dan dalam hal ini manusia baru memperoleh pengampunan atas pelanggaran terhadap kedaulatan Allah saja, belum memperoleh pengampunan atas pelanggaran terhadap hukum Allah, sehingga manusia masih harus mempertanggungjawabkan di takhta pengadilan Allah.

"Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah" (Roma 14:10).

Manusia tidak memiliki jalan keluar untuk mengatasi akibat dari pelanggaran terhadap hukum Allah selain harus mempertanggungjawabkan pada saat penghakiman kelak.

Namun bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dalam kasih, Allah telah menyediakan jalan keluar bagi manusia agar memperoleh pengampunan yang sempurna, baik pengampunan atas pelanggaran terhadap kedaulatan Allah maupun pengampunan atas pelanggaran terhadap hukum Allah.

Dengan jalan demikian, manusia dapat melanjutkan proses menuju kesempurnaan ilahi, seperti tujuan awal penciptaannya.

Manusia dikembalikan kepada tujuan awal penciptaan

Allah Yang Mahatahu, pada mula pertama, sebelum Bumi ada, saat dimana Allah hendak merencanakan untuk menciptakan makhluk manusia agar memiliki moral sorgawi, kudus dan tak bercacat, dan sempurna di hadapan-Nya, Allah mengetahui bahwa suatu saat manusia akan jatuh ke dalam dosa, walaupun Allah telah mencegah dan melindunginya dengan firman-Nya, namun manusia memilih tidak taat.

Untuk menolong manusia keluar dari dosa, dan agar dapat kembali meraih kesempurnaan ilahi, Allah telah menyediakan berbagai cara yang telah dipilih dan disediakan sebelum dunia dijadikan, dan dinyatakan pada zaman akhir.

"Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir" (I Petrus 1:20 ).

Allah mengirimkan berbagai bentuk pertolongan, mulai dari mengutus para malaikat dan para nabi, dan akhirnya Allah sendiri hadir ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, agar dapat dikembalikan kepada tujuan awal penciptaan, yaitu kesempurnaan.

Keselamatan

Pada mula pertama, sebelum Bumi ada, saat dimana Allah hendak merencanakan untuk menciptakan makhluk manusia, sesungguhnya Allah mengetahui bahwa suatu saat manusia akan jatuh ke dalam dosa, tidak taat kepada-Nya.

Manusia akan menanggung akibat dosa yang begitu berat, yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia sendiri, seperti halnya dengan pelanggaran terhadap hukum Allah yang tidak dapat dihapuskan begitu saja.

Untuk menolong manusia keluar dari dosa, Allah telah menyediakan jalan keluar yang telah disediakan dan dipilih sebelum dunia dijadikan, dan dinyatakan pada zaman akhir.

"Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir" (I Petrus 1:20 ).

"TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum Bumi ada" (Amsal 8:22-23).

Pertolongan yang Allah sediakan sebelum dunia dijadikan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia disebut keselamatan, yang telah diperkenalkan kepada segala bangsa.

"TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa" (Mazmur 98:2).

"Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran" (I Timotius 2:4).

Keselamatan merupakan kasih karunia Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dengan jalan menebus dari hukum dosa dan hukum maut agar manusia memperoleh penebusan dan pengampunan dari segala dosa, baik pengampunan atas pelanggaran terhadap kedaulatan Allah maupun pengampunan atas pelanggaran terhadap hukum Allah; dengan demikian manusia dapat dikembalikan kepada tujuan awal penciptaan, untuk dibentuk menjadi ciptaan yang sempurna seperti Allah.

Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia, dan dengan jalan keselamatan manusia dapat dikembalikan kepada tujuan awal penciptaan.

"Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu" (I Petrus 1:9-10).

Allah hadir ke dunia sebagai penebus

Untuk menyelamatkan umat manusia, Allah tidak mengutus duta atau utusan, melainkan Allah sendiri yang hadir ke dunia untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa agar kembali menjadi milik-Nya.

"Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala" (Yesaya 63:9).

"Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya" (Yohanes 12:46-47).

"Di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa" (Kolose 1:14).

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya" (Efesus 1:7).

"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut" (Roma 8:1-2).

"Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya" (Efesus 1:14).

Allah satu-satunya Juruselamat yang menyelamatkan dunia, dan tidak ada yang lain.

"Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.
Akulah yang memberitahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada di antaramu. Kamulah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan Akulah Allah" (Yesaya 43:10-12).

"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12).

Dan keselamatan yang datang dari Tuhan inilah yang ditunggu-tunggu oleh umat manusia di seluruh dunia, karena oleh-Nya manusia diselamatkan.

"Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" (Yesaya 25:8-9).

Keselamatan bagaikan air yang dapat dinikmati oleh setiap orang. Namun, manusia harus mengambil air itu dan meminumnya.

Demikian juga dengan keselamatan, manusia harus meraihnya dengan jalan menyadari segala dosanya dan percaya kepada penebusan-Nya, datang bertobat dan memohon pengampunan kepada Allah Sang Juruselamat.

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (I Yohanes 1:9).

Dengan keselamatan manusia memiliki kesempatan untuk memperoleh pengampunan yang sempurna, yaitu pengampunan atas pelanggaran terhadap kedaulatan Allah maupun pengampunan atas pelanggaran terhadap hukum Allah. Itulah pengampunan yang sempurna yang diharapkan oleh setiap orang.

Tujuan keselamatan

Sesungguhnya, keselamatan yang Allah anugerahkan kepada manusia memiliki tujuan yang mendasar. Manusia bukan sekedar diselamatkan dari hukum dosa dan hukum maut serta dibebaskan dari hukuman kekal, namun Allah menghendaki agar manusia melanjutkan pekerjaan baiknya dalam merealisasikan kesempurnaan yang telah Allah tetapkan sebelum dunia dijadikan.

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya" (Efesus 2:8-10).

Keselamatan bukanlah puncak dari iman, namun awal dari manusia baru untuk melanjutkan proses kesempurnaan.

Transisi menuju kesempurnaan

Tidaklah mudah bagi manusia berdosa yang telah ditebus untuk dikembalikan kepada rancangan Allah untuk menjadi makhluk yang sempurna, walaupun Allah telah menyediakan berbagai pertolongan ilahi.

Manusia yang telah siap diproses menjadi sempurna adalah seumpama seorang yang memutuskan untuk mendaki gunung yang tinggi. Dia rela meninggalkan segala kenyamanan dan siap menempuh perjalanan yang berat.

Tatkala orang lain berkumpul dengan keluarga, mungkin dia seorang diri di belantara.
Tatkala orang lain sedang makan makanan yang lezat, mungkin dia makan apa adanya.
Tatkala orang lain sedang tidur nyenyak di kamar, mungkin dia harus tidur di atas tanah dan batu.
Tatkala orang lain dalam keadaan aman, mungkin dia harus menghadapi bahaya di perjalanan.
Tatkala orang lain sedang istirahat, mungkin dia harus berjalan terus untuk mendaki.
Sampai akhirnya dia mencapai puncak gunung.

Manusia yang telah matang dan siap sempurna akan meninggalkan keduniawian dan segala kenikmatan dosa, dan siap menempuh perjalanan yang berat hingga mencapai kesempurnaan di dalam Kristus.

"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah" (Ibrani 12:2).

Melalui jalan keselamatan, perintah untuk menjadi sempurna bukan suatu hal yang mustahil lagi, karena Allah menganugerahkan berbagai pertolongan sorgawi untuk meraihnya. Dan dalam berbagai kesempatan Allah berulang-ulang menyampaikan kepada manusia tentang kesempurnaan ilahi.

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48).

"Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku" (Yohanes 17:22-23).

"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus" (Kolose 1:28).

Elemen kesempurnaan

1. Kudus

Salah satu elemen kesempurnaan adalah kekudusan. Manusia sempurna adalah orang yang telah mati bagi dosa, tidak ada lagi kodrat dosa, tidak ada keinginan dan hasrat dosa, tiada terkandung dosa dalam hati dan pikiran, tidak berdosa dalam perkataan dan perbuatan. Dalam hal ini manusia mencapai tahap tidak dapat berbuat dosa lagi.

"Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus" (Roma 6:11).

"Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah" (I Yohanes 3:9).

Dalam seluruh keberadaannya adalah kudus, suci, tak tercemar seperti Allah.

"Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (I Petrus 1:15-16).

2. Tak bercacat

Seluruh keberadaan tubuh, jiwa dan roh sempurna dengan tak bercacat di hadapan Allah. Tiada cela dan noda dalam seluruh keberadaannya, baik dalam hati, pikiran, pertimbangan, perkataan dan perbuatan.

"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" (I Tesalonika 5:23).

3. Berkeadaan seperti Allah

Manusia memasuki dalam bersuasana dan berkodrat ilahi, yaitu manusia ciptaan Allah yang telah dibentuk dan yang telah menjadi sempurna, yang kudus, tak bercacat, tak bercela, tak bernoda, berkodrat ilahi, yang memiliki perasaan, pertimbangan, kehendak, pikiran, kasih, karya, dan berkeadaan seperti Allah, sehingga layak diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.

Sebagai perumpamaan,

Allah Maha Kasih, kasih-Nya tak terbatas, maka manusia sempurna juga memiliki sebagian kasih Allah; Allah Maha Adil, keadilannya tidak berpihak, maka manusia sempurna juga memiliki sifat keadilan; Allah mencitai semua makhluk-Nya, maka manusia sempurna juga mencitai semua orang, dari segala bangsa, kaum, bahasa dan mencitai semua agama di seluruh dunia.

"Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" II Petrus 1:4).

"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan" (I Timotius 6:11).

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:vapakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat" (Mazmur 8:4-6).

"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah" (Yohanes 1:12-13).

"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya" (Efesus 1:4-6).


Di dalam Injil Kerajaan Allah, manusia menjadi satu dengan Allah, karena Allah berkenan tinggal di dalam dirinya dan berkarya bersama manusia.

"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia" ((Yohanes 14:23).

"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku" (Yohanes 17:23).

Kesempurnaan bagi kemuliaan Allah

Puncak dari segala penciptaan atas keberadaan dan kesempurnaan manusia adalah untuk menjadi kawan sekerja Allah, dan berkarya bersama-Nya, bagi kemuliaan Allah, dan kebahagiaan dan sukacita manusia.

"Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah" (I Korintus 3:9).

"Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!" (Yesaya 43:7).

"Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin" (Yudas 1:24-25).

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"

Inilah salah satu tujuan utama manusia dilahirkan di dunia, yaitu untuk memproses diri menjadi makhluk yang bermartabat sorgawi, mengambil kodrat ilahi, kudus, tak bercacat, tak bernoda, yang sempurna dan berkarya bagi kemuliaan Allah. Amin.
Share:

Sadar Diri

Sadar Diri

Ada seorang penyamun yang mengambil seisi rumah orang kaya raya, tidak ada barang berharga yang ditinggalkan.

Dalam pelariannya, akhirnya ia tertangkap oleh petugas, disidangkan dan terbukti melakukan kejahatan dan diputuskan untuk dihukum. Namun karena suatu hal, ia memperoleh amnesti (pengampunan), sehingga dibebaskan dari segala tuntutan dan bebas dari hukuman.
Apakah keistimewaan penyamun yang diampuni tadi? Mungkin tidak ada.
Apakah nilai lebih penyamun yang diampuni tadi? Rasa-rasanya juga tidak ada.
Apakah kemuliaan penyamun yang diampuni tadi? Mungkin tidak ada juga.
Demikian juga dengan kita, umat manusia.
Kita sebagai orang berdosa yang layak dihukum.
Tatkala memperoleh kasih karunia Tuhan, sehingga memperolah penebusan, pengampunan dari segala dosa, dan penyucian dari yang jahat, kita harus sadar dan bersyukur.
Apakah keistimewaan manusia berdosa yang telah diampuni? Mungkin tidak ada.
Apakah nilai lebih manusia berdosa yang telah diampuni? Rasa-rasanya juga tidak ada.
Apakah kemuliaan manusia berdosa yang telah diampuni? Mungkin tidak ada juga.
Oleh karena itu, tidak sepantasnya tatkala kita diampuni, kemudian menempatan diri sebagai orang istimewa di hadapan Allah, merasa memiliki nilai lebih dari yang lain, merasa lebih benar dari yang lain, merasa lebih mulia dari yang lain.

Sudah selayaknya kita bersyukur.
Sebagai orang berdosa yang telah ditebus dan diampuni segala dosa-dosa kita.

Sudah selayaknya kita bersikap:

Tuhan, ini hambamu orang berdosa yang beroleh kasih-Mu,
telah Engkau tebus,
telah Engkau ampuni,
telah Engkau bersihkan dari segala kejahatan.

Ini hamba-Mu,
pakailah sesuai dengan kehendak-Mu,
bagi kemuliaan-Mu.

Sebab,
"Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10).
Janganlah kita merasa istimewa di hadapan Allah!
Janganlah kita merasa memiliki nilai lebih di hadapan Allah!
Janganlah kita merasa mulia di hadapan Allah!
Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus  4:6).
Semoga kita menjadi manusia yang sadar diri, tahu diri dan berguna bagi Sang Pencipta.
"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).
Amin
Share:

Menjadi Hambanya Hamba

Yesus Membasuh Kaki Para Rasul | Karya Meister des Hausbuches, 1475 | Sumber ttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Meister_des_Hausbuches_003.jpg
Yesus Membasuh Kaki Para Rasul | Karya Meister des Hausbuches, 1475 | Sumber ttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Meister_des_Hausbuches_003.jpg

Injil Kerajaan Allah merupakan tatanan sorgawi. Tatkala Injil Kerajaan Allah diajarkan kepada manusia, hal tersebut seumpama seorang ayah yang mengajarkan hukum kepada anaknya yang baru berumur satu tahun.

Sang anak mendengar dan mendengar, namun belum mengerti. Walau diulang beribu kali, sang anak hanya mendengar dan tetap belum menanggap juga, karena masih kanak-kanak. Sang ayah harus sabar menunggu hingga sang anak bertumbuh menjadi dewasa dan siap untuk diajarkan hukum kehidupan dan hidup didalamnya.

Kita telah banyak belajar dan melayani, namun kita juga menyadari bahwa output kualitas keimanan kita masih jauh dari harapan Tuhan. Di hadapan Tuhan, kita masih kanak-kanak, yang belum mampu menelaah lebih jauh kebenaran Tuhan. Kita masih berpikir dan bertindak seperti kanak-kanak.

Mungkin, salah satu pemikiran kanak-kanak yang harus dibenahi bersama adalah tentang status anak Allah yang telah melekat begitu kuat dalam diri kita. Dengan status tersebut, tanpa sadar terbentuk pemikiran bahwa kita beda dengan manusia yang lain, seakan-akan lebih tinggi dari yang lain, baik dalam status rohani, pengetahuan, kelayakan, kesucian maupun fasilitas; kita merasa menjadi manusia pilihan, istimewa di hadapan Allah.

Hal ini yang mungkin sedikit banyak menghambat pertumbuhan kita.

Padahal, Yesus yang adalah Allah, ketika datang ke dunia menjadi manusia mengambil rupa seorang hamba.
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:5-7)
Jika Yesus saat di dunia mengosongkan diri dan menyebut diri-Nya adalah hamba, mengapa manusia mengisi dirinya dengan berbagai-bagai kemuliaan, dan menyebut diri anak Allah?

Bahkan saat di dunia, Yesus pernah berada di titik terrendah dan sangat hina, begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.
"Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia — begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi." (Yesaya 52:14)
Jika Yesus menyebut diri-Nya hamba,
pantaskah kita menyebut diri anak Allah?

Jika Yesus menyebut diri-Nya hamba,
selayaknya manusia adalah hambanya hamba.

Dan jika Yesus pernah berada di titik terrendah, pantaskah kita meninggikan diri?

Mari menyadari dan menempatkan diri pada tempatnya, sebab kita hanya hambanya hamba dan bernaung di bawah telapak kaki-Nya!

Tidak ada status sama sekali!
Tidak ada kemuliaan sama sekali!
Tidak ada keistimewaan sama sekali!

Semua manusia sama di hadapan Allah,
"Sebab Allah tidak memandang bulu." (Roma 2:11)
"Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.
Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya." (Kisah Para Rasul 10:34-35)
Mungkin, sebelum menyadari dan berani memutuskan untuk menjadi hambanya hamba, sebelum meruntuhkan "bait Allah kesombongan", sangat sulit bagi manusia untuk diproses bertumbuh menjadi manusia Allah yang berkodrat ilahi.

Mari mengosongkan diri dari segala status!
Mari mengosongkan diri dari segala kemuliaan!
Mari mengosongkan diri dari segala keduniawian!
Mari merendahkan diri di hadapan Allah dan Sorga!

Dan,

Mari menjadi hamba!
Dan tidak cukup sebagai hamba!
Namun jauh lebih rendah dari hamba!
Kita harus menjadi hambanya hamba!

Mari dengan rela hati merendahkan diri dan meletakkan diri sebagai hambanya hamba, sebab jika Yesus Kristus mengambil rupa (status) hamba, kita harus jauh di bawah Yesus, di bawahnya hamba, yaitu menjadi hambanya hamba!

Kita bukan siapa-siapa, dan kita bukan apa-apa.
"Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10)
Dan jika mampu menempatkan diri sebagai hambanya hamba dengan benar, dan sungguh demikian adanya, dari sini, dari kekosongan, dari keberadaan hambanya hamba, kita akan memulai perjalanan memasuki Injil Kerajaan Allah untuk belajar diproses menjadi manusia rohani dewasa, yang baik, berkenan, dan sempurna, berkodrat ilahi yang rendah hati.

Mari menemukan dan mengerjakan pekerjaan yang telah Allah sediakan bagi tiap orang, dan menyelesaikan sesuai dengan kehendak-Nya! (Efesus 2:10)

Dan dalam ketaatan demi ketaatan kepada kebenaran, akhirnya kita dapat meraih kemuliaan yang sesungguhnya pada waktunya, yaitu saat dimana kita telah menyelesaikan pekerjaan yang Tuhan berikan kepada kita untuk melakukannya selama di Bumi.

Mari belajar kepada Yesus dan menghayati yang dimaksud hidup di dalam Dia berarti manusia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
"Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam DiaBarangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:5-6)
Jika saat Yesus di dunia sebagai hamba, kita pun harus sebagai hamba juga, dan bahkan harus lebih rendah lagi, yaitu hambanya hamba yang siap bekerja bagi kemuliaan Allah.

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.

Share:

Tujuan Penciptaan Manusia Adalah Sempurna Seperti Bapa (Allah)

Tujuan Penciptaan Manusia Adalah Sempurna Seperti Bapa (Allah)

Injil Kerajaan Allah - Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dirancang untuk sempurna. Kesempurnaan menjadi salah satu tujuan utama Allah dalam menciptakan manusia. Allah Yang Maha sempurna menghendaki agar suatu saat makhluk manusia pada tingkat tertentu mampu mencapai kesempurnaan seperti yang dikehendaki-Nya. Manusia diciptakan bukan sekedar dari yang tidak ada menjadi ada, melainkan dibentuk dengan tujuan mulia, yaitu agar manusia dapat menjadi pribadi yang sempurna seperti diri-Nya. Tentu, yang dimaksud adalah kesempurnaan manusia dalam batas sempurna seperti Allah dan tidak sama dengan Allah.

Allah menerapkan setandar kesempurnaan untuk manusia. Allah menghendaki kesempurnaan manusia kelak bukan seperti malaikat, maupun sempurna seperti makhluk ciptaan lain, namun kesempurnaan yang Allah kehendaki adalah serupa dengan Sang Khalik. Kesempurnaan Allah tawarkan kepada seluruh umat manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.

Sempurna seperti Allah berarti suatu saat manusia akan berkodrat ilahi, yaitu memiliki sebagian kemuliaan Allah, yang ditandai kemampuan berpikir, menimbang dan berkarya seperti Allah.

Mungkinkah manusia dapat mencapai tingkatan kesempurnaan seperti Allah, dan menjadi "manusia Allah?"

Dalam Injil Kerajaan Allah, manusia diproses oleh Allah untuk menjadi pribadi yang sempurna, seperti yang difirmankan-Nya:
Matius 5:48
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu (Allah) yang di Sorga adalah sempurna."
Mazmur 8:4-6
"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."
I Timotius  6
6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
Kesempurnaan ilahi bagi umat manusia telah dicanangkan Allah jauh sebelum dunia diciptakan.  Manusia dapat meraih sesuai kebenaran di dalam Injil Kerajaan Allah. Langkah demi langkah  untuk meraih kesempurnaan disediakan di sana. Untuk meraihnya, dibutuhkan proses yang panjang dan dengan perjuangan yang sungguh sesuai kebenaran Injil Kerajaan Allah.

Jika suatu saat manusia mencapai titik kesempurnaan ilahi seperti Allah, pada saat itulah manusia dianggap layak untuk bekerjasama dengan-Nya sebagai kawan sekerja.
I Korintus  3:9
Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Namun, jika belum mencapai kesempurnaan, manusia harus terus memproses dirinya dengan terus berjuang dengan sungguh-sungguh hingga suatu saat dianggap layak di hadapan-Nya.
II Timotius  2 2:21
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
    Share:

    Kristus Prototipe Kesempurnaan

    Kristus Prototipe Kesempurnaan
    Pada mula saat Allah hendak menciptakan makhluk manusia, Allah memiliki berbagai tujuan atas penciptaannya. Manusia diciptakan bukan sekedar dari yang tidak ada menjadi ada, namun memiliki tujuan ilahi yang sangat mulia.

    Allah menghendaki agar kelak manusia memiliki standar moral (akhlak) sorgawi, yaitu memiliki sebagian sifat-sifat keilahian, mengambil kodrat ilahi, mempunyai pertimbangan, pikiran, tindakan, perbuatan, dan bahkan karya yang mencerminkan tata kehidupan sorgawi.

    "Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia"  (II Petrus 1:4).

    Dan dalam berbagai kesempatan, Tuhan mengingatkan umat manusia agar kembali kepada awal tujuan atas penciptaannya, yaitu agar menggapai kesempurnaan ilahi.

    Melalui tulisan ini akan disajikan dengan teratur, dari awal hingga akhir, supaya setiap orang dapat mengetahui, bahwa tujuan dari penciptaan manusia di dunia adalah untuk memiliki karakter sorgawi, hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya, dapat meraih kesempurnaan ilahi, baik dalam hati, pikiran, perkataan dan karya, bagi kebahagiaan diri dan sesama, di dunia maupun untuk persiapan hidup yang kekal bagi kemuliaan Allah. Amin.

    Kristus prototipe kesempurnaan

    Untuk menunjukkan bahwa kesempurnaan ilahi dapat diraih oleh manusia, Allah memberikan contoh melalui Yesus Kristus. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia belajar menjadi taat dari apa yang diderita-Nya, hingga mencapai kesempurnaan, dan menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

    "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
    dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek" (Ibrani 5:8-10).

    Dengan contoh kesempurnaan yang dapat dilihat dalam Yesus Kristus, manusia dapat mengikuti teladan-Nya untuk meraih kesempurnaan dengan jalan mengikuti cara hidup-Nya.

    Mencapai kesempurnaan dalam Kristus 

    Selain prototipe kesempurnaan, Allah juga telah menyediakan cara agar manusia dapat meraih kesempurnaan. Yesus Kristus telah menunjukkan bagaimana cara mencapai kesempurnaan tahap demi tahap. Kini manusia dapat mengikuti jalan yang telah ditempuh-Nya untuk meraih kesempurnaan ilahi.

    "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Matius Matius  19:21).

    Menjadi pengikut Kristus berarti seseorang harus hidup di dalam-Nya, yaitu wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

    "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup" (I Yohanes 2:6).

    Tentu yang dimaksud wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup bukan sama dalam hal bentuk, namun sama dalam hal mutu atau kualitas hidupnya, yaitu setiap langkahnya sesuai dengan seluruh kehendak Allah.

    "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Matius 3:15).

    Tatkala seseorang menempuh dengan cara yang sama seperti yang telah Kristus tempuh, ia akan memperoleh hasil yang sama seperti Kristus.

    1. Mati terhadap dosa

    Kematian Kristus adalah kematian terhadap dosa, dimana seluruh kehidupan-Nya adalah kudus dan tidak berdosa yang dipersembahkan bagi Allah. Demikian juga bagi manusia yang menjadi pengikut-Nya, ia harus mati terhadap dosa dan kehidupannya bagi Allah.

    "Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus" (Roma 6:10-11).

    "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya" (Galatia 5:24).

    Pengikut Kristus adalah orang yang telah mati bagi dosa, tidak ada lagi kodrat dosa, tidak ada keinginan dan hasrat dosa, tiada terkandung dosa dalam hati dan pikiran, tidak berdosa dalam perkataan dan perbuatan. Dalam tahap ini manusia mencapai berkeadaan ilahi yang tidak dapat berbuat dosa lagi.

    "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah" (I Yohanes 3:9).

    2. Memiliki kasih ilahi

    Kasih kekal, kasih yang tidak berkesudahan kepada Allah dan kasih kepada seluruh ciptaan-Nya. Kasih kepada Allah ditunjukkan dengan menuruti segala firman-Nya.

    "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia" (Yohanes 14:23).

    Sementara kasih kepada sesama manusia ditunjukkan kepada semua orang, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, dan semua agama dengan kasih yang tulus dan murni.

    "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:44-48).

    3. Melakukan pekerjan yang sama dengan Yesus

    Setiap pengikut Kristus akan melakukan pekerjaan seperti yang Yesus lakukan.

    "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa" (Yohanes 14:12).

    4. Melakukan pekerjaan yang lebih besar dari Yesus

    Bahkan, bagi pengikut Kristus selain melakukan pekerjaan yang telah Yesus kerjakan, manusia memiliki kesempatan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari yang Yesus telah kerjakan.

    "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa" (Yohanes 14:12).

    Tatkala manusia menempuh seperti yang Yesus kerjakan, maka kesempurnaan ilahi akan dapat diraihnya.

    "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus" (Kolose  1:28).

    "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah" (Ibrani 12:2).

    *) Mohon maaf artikel masih dalam penyusunan. Silahkan berkunjung kembali! Terima kasih.
    Share:

    Mengenal Allah Melalui Teknologi

    Injil Kerajaan Allah - Setelah berabad-abad dan beribu-ribu tahun lamanya Keilahian Allah tersembunyi bagi umat manusia, disebabkan pengertian tentang Keilahian Allah melampaui segala pengetahuan, sehingga sulit untuk dipahami - dan bahkan hampir-hampir saja tak dapat dicerna dengan akal dan logika, baik bagi orang yang percaya maupun bagi yang belum percaya. Kini dengan kemajuan teknologi, seperti teknologi komputer dan jaringan internet serta teknologi lainnya, Keilahian Allah perlahan-lahan dapat ditangkap dengan nalar. Seperti surya yang merekah di pagi hari, perlahan naik dan naik sampai terang benderang menerangi kegelapan Bumi. Demikian halnya dengan pengertian manusia, melalui pendekatan teknologi, pengenalan akan Allah semakin mendalam.

    Dengan memanfaatkan pendekatan teknologi sebagai media ataupun gambaran untuk penalaran, Keilahian Allah dapat dicerna dengan logika. Pengertian manusia akan Rahasia Allah yang hampir buntu, kini terpecahkan. Seperti sulitnya manusia menghitung 0,1234567890 x 0,9876543210 dengan akal. Namun, dengan ditemukannya komputer, manusia hanya memerlukan hitungan detik untuk memperoleh hasilnya. Demikian halnya betapa sulit mengajarkan ilmu komputer kepada manusia pada tahun 7 SM, suatu hal yang mustahil dan tidak masuk akal pada saat itu. Namun ilmu komputer dapat dipahami oleh manusia dengan cepat sekitar tahun 1900-an setelah kematangan pengetahuan manusia bertumbuh. Demikian juga Keilahian Allah, dengan pendekatan teknologi dan oleh kematangan manusia, pengenalan akan Allah dapat dimengerti dengan lebih cepat.

    Dasar Pengertian
    Allah Yang Mahaesa, adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu, dari yang tidak ada menjadi ada; yang menciptakan segala makhluk, baik yang di Sorga maupun di Bumi, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, dahulu, sekarang maupun untuk masa yang akan datang, Ia adalah Roh, Allah Yang Satu, Tuhan bagi segala ciptaan-Nya. Ia bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, dan tak seorangpun dapat melihat-Nya. Ia melampaui segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ia adalah Pribadi Agung Mulia Yang Sempurna.

    Walaupun Allah melampaui segala sesuatu, namun Allah berkenan untuk dicari dan ditemukan. Kesempurnaan Allah tidaklah mungkin dapat digapai oleh yang tidak sempurna seperti halnya manusia. Namun, dengan berbagai cara Allah berkenan berbicara kepada manusia, baik melalui ciptaan-Nya, maupun melalui malaikat-malaikat yang diutus-Nya agar manusia menemukan-Nya.

    Dan setelah dengan berbagai cara Allah berfirman untuk menggembalakan umat-Nya, kini Allah sendiri hadir ke Bumi di tengah-tengah umat-Nya dalam rupa yang dapat ditangkap oleh manusia.

    Dari kesempurnaan dan segala ketidakterbatasan Allah, kodrat Allah yang diperkenankan untuk dipahami dan dimengerti oleh manusia yaitu bahwa Allah adalah Esa, dan Allah adalah Roh, yang memiliki tiga bagian unsur ilahi, yang dalam berbagai kesempatan, Allah menyebut diri-Nya dengan sebutan Kita untuk menunjukkan keberadaan-Nya.

    Nah, pada akhir zaman di era modern yang serba digital ini, selain mengajar manusia dengan iman, Allah berkenan "mempergunakan" teknologi untuk mengajar manusia agar lebih mudah memahami diri-Nya. Tentu, dengan alur teknologi yang ditemukan oleh akal manusia sendiri, maka bahasa teknologi akan lebih mudah ditangkap dan diserap oleh manusia dalam pengenalan akan Allah. Akal sebagai karunia Sang Ilahi kepada manusia, oleh karena pimpinan-Nya akan dapat melahirkan akal budi yang dapat dipakai sebagai alat untuk menemukan diri-Nya.

    ###

    Walaupun Allah telah berfirman dengan berbagai cara untuk mengajar manusia tentang keilahian-Nya, baik melalui para malaikat, para nabi, maupun melalui ciptaan yang lain, kini pada zaman akhir dalam dunia digital modern, Allah berkenan “berbicara” dengan teknologi untuk mengajar keberadaan-Nya. Dengan teknologi yang semakin maju dan berkembang yang ditemukan oleh umat manusia, segalanya disediakan oleh Allah untuk pendidikan manusia. Penemuan teknologi demi teknologi oleh manusia - diperkenankan Allah untuk mengajar agar manusia semakin mengenal kebesaran-Nya dan memahami jalan-jalan-Nya agar dapat menemukan-Nya. Pada hakekatnya, semua teknologi yang ditemukan sejak zaman dahulu, sekarang hingga pada kesudahan zaman merupakan gambaran kecil dari sistem Allah yang sesungguh-Nya.

    Di era modern, komputer, internet, alat komunikasi, televisi, radio dan teknologi lainnya dapat semakin mempermudah manusia dalam pengenalan akan Allah. Penalaran sistem teknologi perlahan-lahan membuka mata manusia untuk semakin mengenal dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Sistem yaitu Allah. Kecanggihan teknologi dapat memberikan sekelumit gambaran tentang Allah yang Maha Canggih. Salah satu cotoh Keilahian Allah yang dapat kita pelajari melalui pendekatan teknologi adalah Allah Yang Maha  Hadir, dimana Allah dapat hadir di tempat yang berbeda-beda dan dalam waktu yang bersamaan, yang tentu hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh ciptaan-Nya.

    Ada beberapa sistem teknologi yang dapat dipergunakan sebagai penalaran dalam memahami Allah. Teknologi internet seperti Google.com, Yahoo.com, Bing.com, Facebook.com, Twitter.com, Youtube.com; teknologi audio video seperti televisi, radio serta teknologi lainnya - sebenarnya telah banyak memberikan gambaran tentang Allah secara rasional.

    Seperti Google.com misalnya, Google.com hanya ada satu. Namun Google.com memiliki sistem teknologi yang canggih di dalam dunia internet. Dengan melihat sistem yang ada di dalamnya, Rahasia Allah dapat dimengerti dengan lebih mudah oleh manusia.

    ###

    Tatkala di suatu tempat pada pukul 00.01 ada seorang yang membuka Google.com dengan PC untuk mencari informasi tentang pohon, dan mengetikkan kata pohon, maka Google.com akan memberikan informasi yang terkait dengan pohon.

    Sementara di tempat yang lain pada pukul 00.01 tanggal yang sama, ada orang lain yang juga membuka Google.com dengan handphone hendak mencari informasi tentang binatang dan mengetikkan kata binatang, maka Google.com akan memberikan informasi yang terkait dengan binatang.

    Ditempat yang lain juga pada pukul 00.01 tanggal yang sama, ada orang lain yang membuka Google.com dengan Laptop untuk memperolah informasi tentang air dan mengetikkan kata air, maka Google.com akan memberikan informasi yang terkait dengan air.

    Sementara itu, dalam waktu yang sama yaitu pada pukul 00.01 tanggal yang sama, namun di tempat yang berbeda, ada berpuluh, beratus, beribu, dan bahkan mungkin berjuta orang juga membuka Google.com baik dengan PC, Laptop, Handphone maupun dengan media lain untuk mencari informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing, maka Google.com juga akan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan mereka.

    Oleh kecanggihan teknologi yang dimiliki Google.com, dalam waktu yang bersamaan yaitu pada pukul 00.01, Google.com dapat melayani sepuluh, seratus, seribu bahkan berjuta orang dengan kebutuhan yang berbeda dan di tempat yang berbeda.

    Tatkala ada satu orang membuka Google.com, maka Google.com berwajah satu, tatkala ada dua orang membuka Google.com, maka ia memiliki dua wajah, jika ada tiga orang membuka Google.com, maka Google.com ada tiga wajah dan bahkan jika ada satu juta orang membuka Google.com, maka Google.com dapat menjadi satu juta wajah pada monitor di tempat yang berbeda namun dalam waktu yang bersamaan. Tentu, hal tersebut dapat terjadi karena ada sistem teknologi yang mendukung di dalamnya.

    Google.com adalah satu dan tetap satu, namun oleh sistem teknologinya, Google.com dapat menjadi satu, dua, tiga dan berjuta wajah sesuai dengan kebutuhan dalam waktu yang bersamaan walaupun di tempat yang berbeda-beda. Dan dari kecanggihan sistem teknologi yang dimiliki Google.com, tak seorangpun yang membantah bahwa dari Google.com yang satu namun dapat menjadi banyak sesuai dengan kebutuhan. Dan tak seorangpun dari mereka yang mengetahui dengan pasti keberadaan Google.com yang sesungguhnya kecuali pengelola maupun pemilik Google.com.

    ###

    Sistem kecanggihan teknologi yang diperkenankan Allah untuk ditemukan oleh manusia, sedikit banyak telah memberikan sekelumit gambaran dari Allah Yang Maha Sistem nan Maha Canggih.

    “Jika manusia dapat memahami penalaran tentang teknologi seperti Google.com maupun teknologi lainnya yang bersistem dengan akal budinya menjadi sesuatu yang nyata, pengertian Allah tinggal disublimasikan atau ditingkatkan, dari pengertian teknologi ke pengertian tentang Allah, bahwa Allah Yang Mahaesa, dalam Keilahian-Nya, Ia dapat hadir dalam satu, dua, tiga maupun bermilyard rupa - bahkan dengan tidak terbatas dalam waktu bersamaan di tempat yang berbeda-beda”.

    Begitu mudah dan sederhana penalarannya, namun memiliki dampak pengertian yang luar biasa, yang mampu membuka cakrawala Ilahi yang melampaui segala pengetahuan yang telah berabad-abad dan berjuta-juta tahun tersimpan dan menjadi rahasia bagi umat manusia.

    ###

    Allah sebagai Pribadi Yang Sempurna tentu tidak dapat dipahami dengan sempurna oleh manusia. Keterbatasan manusia tidaklah mungkin mampu mengenal Allah yang tak terbatas. Mungkin, jika mempergunakan nilai perbandingan antara manusia dan Allah, manusia bernilai satu sedangkan Allah bernilai tak terhingga (1:~). Sebagai ciptaan, manusia hanya mampu memahami sebagian kecil saja dari diri Sang Pencipta.

    Dalam keberadaan-Nya yang sempurna, Allah berkenan ditemukan oleh ciptaan-Nya. Tentu Allah mengenal siapa manusia ciptaan-Nya. Namun sebaliknya, bagi manusia yang tidak pernah melihat Allah, bagaimana mungkin dapat mengenal-Nya? Sementara Allah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri? Suatu hal yang mustahil, baik bagi manusia maupun bagi makhluk lain untuk dapat menggapai Allah.

    Allah Dan Injil Kerajaan Allah
    Sebagai Allah yang sempurna dan tak terbatas,- yang tidak mungkin dapat dilihat oleh ciptaan-Nya, maka Allah yang tak terbatas berkenan membatasi diri-Nya agar keilahian-Nya dapat disentuh dan dipegang oleh ciptaan-Nya, dengan tujuan agar segala makhluk dapat menemukan diri-Nya.

    Memang, dalam keberadaan Allah yang sesungguhnya, tak seorangpun dapat melihat-Nya, dan tak satu makhluk pun dapat menjamah-Nya. Untuk mengelola dan menjembatani antara diri-Nya dan ciptaan-Nya, Allah membentuk sistem dalam diri-Nya sebagai yang sulung dari segala ciptaan-Nya yang diperkenalkan sebagai Sistem Allah.

    Sebagai Roh Yang Sempurna, Allah berkenan menyatakan diri-Nya dalam rupa yang dapat ditangkap oleh segala makhluk. Rupa Allah yang telah dibatasi (diselaraskan) tersebut adalah bagian dari diri-Nya yang telah disetarakan dengan ciptaan-Nya, dengan tujuan agar ciptaan-Nya dapat berbahasa dengan-Nya. Bagian dari diri Allah yang telah disetarakan tersebut ada di dalam Rupa Yesus Kristus, karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Sebab tanpa Allah berkenan menyatakan diri dalam rupa “ciptaan” maka Allah Yang Roh tidak mungkin dapat terjangkau oleh ciptaan-Nya.

    Seperti seorang ayah yang harus “menjadi bayi” untuk dapat berbicara dengan anaknya yang masih bayi,- seorang bayi tidaklah mungkin dapat memahami bahasa ayahnya jika sang ayah mempergunakan bahasa orang dewasa saat berbicara dengan sang bayi. Kala itu, sang ayah tertawa seperti bayi, bermain seperti bayi, berbicara seperti bayi dan segala sesuatu berlaku dan bertindak seperti bayi demi tujuan agar dapat berkomunikasi dengan bayinya; dan ia rela untuk “menjadi bayi”. Namun kelak, tatkala sang bayi telah dewasa, sang ayah tidak perlu lagi “menjadi bayi”, melainkan ia menjadi ayah yang dapat berkomunikasi dengan putranya, bahkan dapat menjadi sahabat dan berkarya bersama-sama. Untuk itulah Allah berkenan “menjadi ciptaan” untuk dapat mengimbangi kemampuan ciptaan-Nya yang terbatas, sampai waktunya kelak ciptaan-Nya bertumbuh menjadi dewasa dan dapat semakin mengenal Allah dengan sempurna.

    ###

    Seperti halnya ada tiga unsur dalam diri manusia, yaitu roh, jiwa dan tubuh. Roh sebagai bagian yang tidak kelihatan, sementara jiwa dan tubuh sebagai bagian yang kelihatan. Kepala, tubuh, kaki, tangan, mata, telinga, hidung, mulut merupakan bagian tubuh yang terlihat. Sementara, jiwa terlihat ekpresinya tatkala sedang sedih, bahagia, marah, sabar, gentar, berani dan berjuta ekspresi lainnya. Tubuh, jiwa dan roh merupakan tiga unsur manusia. Tiga unsur manusia dalam satu kesatuan yang masing-masing unsur memiliki tempat, tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

    Demikianlah gambaran Allah dalam ke-Ilahian-Nya. Allah Yang Mahaesa memiliki tiga unsur ilahi yang diperkenalkan sebagai Bapa, Anak/Firman/Yesus Kristus dan Roh Kudus. Mengapa Allah  memperkenalkan tiga unsur dalam diri-Nya dengan sebutan Bapa, Anak dan Roh Kudus dan tidak memakai istilah Ilahi? Bukankah Allah dapat melakukan? Ya! Allah dapat melakukan. Namun, hal tersebut kembali kepada keterbatasan manusia yang tidak mungkin mampu menangkap Allah yang tidak terbatas. Jika Allah memakai bahasa Allah, tentu manusia tidak  dapat mengerti. Seperti seorang bayi misalnya, yang diajarkan tentang unsur yang ada di dalam ayahnya. Seorang bayi tidak akan mengerti  tentang roh, jiwa dan tubuh yang ada di dalam sang ayah. Yang diketahui oleh seorang bayi hanyalah kehadiran sang ayah yang dapat dirasakan olehnya. Namun kelak, taktkala sang bayi bertumbuh menjadi dewasa, maka ia akan memahami sang ayah dengan lebih sempurna. Demikian halnya dengan Allah, Allah mengajarkan sejauh yang dapat ditangkap oleh manusia, dengan bahasa manusia. Kelak, taktkala manusia memasuki kedewasaan roh, ia akan mengenal Allah dengan lebih sempurna.

    Dari ketiga unsur Allah, ada Satu yang tidak kelihatan dan ada Dua yang kelihatan
    Yang tidak kelihatan adalah diri Allah dalam kodrat-Nya sebagai Bapa (Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia), sementara yang kelihatan adalah bagian diri-Nya yang telah disetarakan dengan ciptaan-Nya agar dapat tersentuh yaitu: Firman/Anak/Yesus Kristus (Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya) Roh Kudus (Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu).

    Firman dan Roh Kuduslah yang akan berhubungan langsung dengan segala ciptaan-Nya semenjak penciptaan atas segala sesuatu, baik di Sorga maupun di Bumi.

    ###

    Bapa, Anak dan Roh Kudus merupakan tiga unsur Allah yang Esa. Dalam kodrat Ilahi-Nya, Allah dapat hadir di segala tempat,- sebab segala sesuatu ada di dalam Dia. Ungkapan segala sesuatu ada di dalam Dia, berarti Allah lebih besar dari segala ciptaan-Nya.

    Jika suatau benda ada di dalam Bumi, maka Bumi lebih besar daripada benda tersebut. Jika ikan ada di dalam air, maka air lebih besar daripada ikan. Jika burung-burung ada di langit, maka langit lebih besar daripada burung-burung. Jika bintang-bintang ada di cakrawala, maka cakrawala lebih besar daripada bintang-bintang. Dan jika segala benda langit ada di dalam alam semesta, maka alam semesta lebih besar daripada segala benda yang ada di dalamnya. Kini,  jika segala sesuatu ada di dalam Allah, bukankan berarti Allah lebih besar dari segala sesuatu? Tatkala Allah ada di Sorga, Ia juga ada di Bumi. Jika Allah ada di Bumi, Ia juga ada di Sorga.

    Sesungguhnya, gambaran Allah juga dapat dilihat dalam diri manusia yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh dalam satu kesatuan; tiga unsur menjadi satu yang kemudian dinamakan manusia. Demikianlah penalarannya.

    Sementara, untuk mengelola segala ciptaan-Nya, Allah memiliki suatu sistem manajemen kekal yang dapat memayungi segala ciptan-Nya, baik bagi manusia, para makhluk sorgawi, maupun untuk segala ciptaan Allah lainnya. Manajeman untuk mengelola ciptaan-Nya dinamakan Injil Kerajaan Allah. Secara umum, pengertian Injil Kerajaan Allah merupakan manajemen Allah atas segala ciptaan-Nya, dimana Allah sebagai pusat pimpinan, dan sumber dari segala sesuatu, di Bumi dan di Sorga. Injil sebagai kabar gembira, sedangkan fakta kebahagiaan ada di dalam Injil Kerajaan Allah.

    ###

    Di atas segala-galanya, baiklah setiap makhluk di Bumi maupun di dalam Sorga hidup beribadah sesuai dengan kehendak Allah; hidup sesuai dengan tujuan Allah atas penciptaan masing-masing, dan berkarya bagi Sang Pencipta; bagi TUHAN, Allah segala makhluk.

    Sebab, segala sesuatu adalah dari Allah, oleh Dia dan bagi kemuliaan-Nya, sampai selama-lamanya. Amin.

    #InjilKerajaanAllah
    Share:

    Sistem Kesempurnaan Ilahi

    "Sistem Kesempurnaan Ilahi" merupakan tata cara sorgawi yang dipergunakan sebagai sarana untuk membentuk manusia agar mencapai kesempurnaan pribadi seperti Allah. Proses dimulai sejak roh manusia diciptakan, dilahirkan ke dunia sebagai makhluk berdosa, dituntun dalam pertobatan, lalu diproses menjadi pribadi yang baik, dan dari pribadi yang baik ditingkatkan menjadi pribadi yang berkenan, dan dari pribadi yang berkenan akhirnya ditingkatkan menjadi pribadi yang sempurna seperti Allah.

    Pembentukan kesempurnaan manusia di dunia dapat terpenuhi dengan ketentuan, bahwa manusia telah mencapai kematangan roh dan siap memasuki Sistem Kesempurnaan Ilahi yang disediakan di dalam Injil Kerajaan Allah, untuk memproses dirinya dari titik nol hingga menjadi pribadi yang sempurna seperti Allah.

    "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu (Allah) yang di sorga adalah sempurna."

    "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus."

    "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
    apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
    Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."

    Injil Kerajaan Allah menyediakan fasilitas keilahian untuk membentuk manusia dari makhluk yang bersifat daging, dibentuk menjadi pribadi yang sempurna seperti Allah dan berkodrat ilahi. Perkara yang mustahil menjadi nyata. Tentu, untuk mencapai kesempurnaan ilahi memerlukan proses yang ketat melalui tahap menuju kesempurnaan ilahi.

    Share:

    Cari Blog Ini

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Arsip Blog

    Tujuan Penciptaan Manusia Sebelum Dunia Dijadikan, Sungguh Menakjubkan!

    Pada mula saat Allah hendak menciptakan makhluk manusia, Allah memiliki berbagai tujuan atas penciptaannya. Manusia diciptakan bukan sekeda...

    Recent Posts

    Unordered List

    • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
    • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
    • Vestibulum auctor dapibus neque.

    Pages

    Theme Support

    Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.